Harga Dua Saham Non Blue Chip Naik Ratusan Persen di BEI, Apakah Layak Dibeli?

Di tengah kondisi pasar modal yang dinamis dan penuh ketidakpastian, beberapa saham non blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) justru menunjukkan kenaikan harga yang signifikan. Dua saham yang menjadi perhatian adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). Kenaikan harga mereka mencapai ratusan persen sejak awal tahun 2025, mengundang pertanyaan apakah saham ini layak untuk dibeli atau justru dijual.

Apa Itu Saham Blue Chip?

Sebelum membahas SSIA dan NRCA, penting untuk memahami istilah saham blue chip. Saham blue chip merujuk pada saham dari perusahaan besar, mapan, dan memiliki reputasi kuat di pasar. Biasanya, saham blue chip berasal dari perusahaan dengan kinerja keuangan stabil, kapitalisasi pasar besar, serta pembagian dividen yang rutin. Contoh saham blue chip di BEI antara lain Bank Central Asia (BBCA), Astra International (ASII), dan Telkom Indonesia (TLKM).

Namun, SSIA dan NRCA bukan termasuk anggota indeks LQ45, yang merupakan daftar saham blue chip utama di BEI. Meskipun demikian, kenaikan harga mereka telah menarik perhatian investor dan pengawas pasar.

Perkembangan Harga Saham SSIA dan NRCA

Menurut data dari RTI, pada penutupan perdagangan Kamis (17/5), saham SSIA berada di level Rp 2.640 per saham, sedangkan NRCA ditutup di Rp 815 per saham. Kenaikan harga kedua saham ini sangat signifikan:

  • SSIA naik 57,14% dalam seminggu dan 78,98% dalam sebulan.
  • NRCA melonjak 154,69% dalam seminggu dan 161,22% dalam sebulan.
  • Secara year to date (YTD), SSIA naik 96,28%, sementara NRCA terbang 131,53%.

Kenaikan ini membuat kedua saham tersebut masuk dalam kategori unusual market activity (UMA), yang merupakan indikasi adanya aktivitas transaksi yang tidak biasa dan mendapat pengawasan lebih ketat dari BEI.

Alasan Kenaikan Harga Saham SSIA dan NRCA

Menurut Indri Liftiany Travelin Yunus, Retail Equity Analyst dari Indo Premier Sekuritas (IPOT), kenaikan harga SSIA dan NRCA didorong oleh beberapa faktor:

  • Masuknya BYD ke Kawasan Subang Smartpolitan: Ini memberi sentimen positif terhadap proyek properti yang dikelola oleh SSIA.
  • Aksi koleksi saham oleh Grup Djarum: Grup Djarum memiliki kepemilikan sebesar 5,27% di SSIA, yang memicu euforia para pelaku pasar lainnya.

Selain itu, potensi penurunan suku bunga dan tarif impor AS juga menjadi faktor pendukung. Penurunan suku bunga dapat mengurangi beban bunga perusahaan, sehingga meningkatkan laba bersih. Sementara itu, penurunan tarif impor bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi.

Rekomendasi Investasi dari Analis

Beberapa analis memberikan rekomendasi terkait SSIA dan NRCA:

  • Indri Liftiany Travelin Yunus merekomendasikan beli SSIA di level Rp 2.600 per saham dengan target harga Rp 2.900 dan stop loss di Rp 2.460.
  • Yasmin Soulisa dari Ciptadana Sekuritas merekomendasikan beli SSIA dengan target harga Rp 1.930 per saham.
  • Ilham Fitriadi Budiarto dari RHB Sekuritas melihat potensi kenaikan SSIA hingga level Rp 3.500 per saham, tetapi menyarankan investor untuk mempertimbangkan performa fundamental perusahaan.

Sementara itu, NRCA belum memberikan informasi tambahan tentang alasan kenaikan harga sahamnya. Manajemen NRCA menyatakan bahwa tidak ada informasi material yang belum diungkapkan kepada publik.

Risiko dan Pertimbangan

Meski kenaikan harga saham SSIA dan NRCA cukup menggiurkan, investor perlu mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi:

  • Fluktuasi pasar: Saham non blue chip cenderung lebih rentan terhadap fluktuasi pasar dibandingkan saham blue chip.
  • Pengawasan BEI: Karena masuk dalam UMA, kedua saham ini akan terus dipantau oleh BEI, yang bisa memengaruhi perilaku pasar.
  • Kinerja fundamental: Investor perlu memeriksa laporan keuangan dan prospek bisnis perusahaan sebelum membeli saham.

Kesimpulan

Kenaikan harga saham SSIA dan NRCA yang mencapai ratusan persen menunjukkan bahwa pasar modal masih bisa memberikan peluang investasi yang menarik, meskipun bukan dari saham blue chip. Namun, investor harus waspada dan melakukan riset mendalam sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham tersebut. Selain itu, penting untuk memperhatikan perkembangan regulasi dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Leave a Comment